Pencarian

Shopping cart

Saved articles

You have not yet added any article to your bookmarks!

Browse articles

Sebuah Catatan untuk Goran Paulic, Singkat tapi Bermakna

✅ Link berhasil disalin!

Dalam sepak bola, setiap perjumpaan selalu membawa kemungkinan akan perpisahan. Kita sudah begitu sering melihat wajah-wajah baru datang dengan semangat, lalu pergi tanpa sempat benar-benar berpamitan. Namun sesekali, muncul sosok yang kehadirannya terasa berbeda, singkat tapi membekas. Seolah waktu yang terbatas justru membuat pengaruhnya semakin kuat.

Begitulah kisah Goran Paulic di Persib Bandung.

Nama yang mungkin tidak sering menghiasi headline, tapi berperan besar di balik layar keberhasilan Maung Bandung. Sebagai pelatih striker, Goran datang tanpa banyak sorotan. Ia bukan sosok flamboyan yang sering tampil di depan kamera, melainkan pekerja senyap yang lebih suka berbicara lewat hasil.

Dan hasil itu berbicara lantang. Selama masa kerjanya, rata-rata gol Persib dalam satu musim mencapai angka tertinggi dalam lima tahun terakhir: 1,76 gol per pertandingan. Angka yang tak sekadar statistik, tapi bukti dari sentuhan magis yang tahu betul cara menyalakan insting predator di kepala para penyerang.

Di bawah asuhannya, David Da Silva menjelma menjadi mesin gol paling mematikan di Liga 1. Musim 2023/2024 menjadi puncaknya: 30 gol, rekor pribadi yang menahbiskan namanya sebagai top skor liga. Tapi ketika ditanya tentang kesuksesan itu, Goran tak pernah menepuk dada. “Bukan karena saya,” ujarnya dengan rendah hati, “yang terpenting bagi striker adalah momen yang tepat. Semua ini berkat kerja keras tim.”

 

Goran Paulic tak mencari pujian, ia hanya ingin para pemainnya berkembang. Dan itu cukup. Dari pinggir lapangan, ia memberi dorongan dan juga keyakinan bahwa setiap peluang selalu bisa jadi gol, kalau kita percaya pada proses.

Namun seperti halnya banyak kisah dalam sepak bola, cerita itu tak berlangsung lama. Ia datang dalam waktu singkat, membangun sesuatu yang besar, lalu pergi dengan tenang dan di sanalah mungkin letak keindahannya.

Bahwa tidak semua perjalanan harus panjang untuk berarti. Ada yang datang sebentar, tapi memberi warna yang tak akan pudar.

Sama seperti Goran Paulic di Persib, perjalanan singkat itu mengajarkan bahwa makna bukan diukur dari durasi, tapi dari dampak.

Selain didedikasikan untuk Goran Paulic, tulisan inipun penulis dedikasikan untuk diri penulis pribadi. Kini, penulis juga memilih langkah mundur sejenak dari Bandoeng Inlandsche. Perjalanan ini mungkin singkat, tapi setiap momen, setiap tawa di tribun, setiap tulisan, semoga meninggalkan jejak kecil di hati dulur sekalian.

Karena pada akhirnya, baik di lapangan maupun di luar lapangan, kita semua hanya bagian dari sebuah kisah besar yang terus bergerak. Meski waktu memisahkan, kenangan akan selalu tinggal  di hati, di sejarah, di birunya Bandoeng.

Artikel Sebelumnya
Uilliam Barros Jaga Fokus Demi Bawa Persib Juara Lagi
Artikel Selanjutnya
Waspada Lengah, Persib Hadapi Persiraja dengan Target Kemenangan Penuh

Artikel Terkait: